Di negeri ini, ada hikayat Malin Kundang
yang dikutuk menjadi batu lantaran durhaka kepada orang tuanya, ibu.
Merantau sebagai sosok miskin papa, berupaya keras mengubah takdir,
hingga menikah dengan wanita kaya dan usahanya berhasil menjadi kaya.
Malangnya, memiliki harta dunia justru membuat dirinya miskin nurani.
Tak akui ibunya, hingga terkutuk menjadi batu.
Sudah menjadi sunnatullah, berbakti
kepada kedua orang tua adalah kunci kesuksesan hidup di dunia dan
kebahagiaan abadi di surga-Nya. Hal ini pula yang menjadi inspirasi amat
berharga bagi banyak tokoh di dunia.
Satu di antaranya adalah sosok sederhana
yang kini menjadi salah satu pemimpin terbaik di zaman ini. Pemimpin
negeri kaum Muslimin yang berani menyampaikan kritik kepada pemimpin
Yahudi karena ulahnya membunuhi anak-anak dan orang tak berdosa di bumi
Gaza, Palestina.
Mulanya, beliau adalah seorang tukang
adzan di sebuah masjid di ibu kota negaranya, Istanbul Turki. Bagi
sebagian kita, barangkali tukang adzan bukanlah predikat yang
membanggakan. Padahal, amat banyak pahala yang disediakan oleh Allah
Ta’ala bagi sosok yang mengingatkan kaum Muslimin bahwa waktu shalat
telah tiba.
Sosok ini juga sempat bercita-cita
menjadi pemain sepak bola profesional pada salah satu klub ternama di
negerinya. Karenanya, dalam sebuah pertandingan persahabatan yang
tersebar di banyak media sosial, beliau terlihat piawai dalam mengolah
si kulit bundar. Bahkan, sosok dengan senyum inspiratif ini mencetak
tiga gol cantik nan spektakuler dalam laga tersebut untuk membawa timnya
menuju kemenangan.
Ketika beliau mengunjungi Madinah dan
bertemu dengan nenek-nenek asal negerinya, beliau tak sungkan untuk
menyalami si wanita layaknya hormatnya kepada ibunya. Tulus. Tak ada
sedikit pun kesan dibuat-buat apalagi pencitraan yang memuakkan.
Rupanya, beliau memang sangat hormat
kepada orang tuanya. Dan, salah satu kejadian di hari raya Idul Fithri
menjadi bukti betapa beliau adalah sosok yang berusaha mengamalkan
ajaran al-Qur’an dan Sunnah terkait birrul walidain.
Sebagaimana biasa, beliau mengunjungi
orang tuanya. Seketika setelah sampai, sosok yang terdepan dalam
membantu pengungsi Suriah ini langsung mencium kaki ibunya. Hening.
Syahdu. Penuh hormat.
Dalam jenak, sang ibu berkata, “Nak, kamu itu sudah jadi Presiden. Tak perlu lagi mencium kaki ibumu.”
Lalu, sosok yang dua kali menjabat
Perdana Menteri Turki dan kini menjadi orang nomor satu di negeri itu
berkata dengan amat lembut, “Bu, sejak kapan seorang Presiden tidak
boleh masuk surga?”
Semoga Allah Ta’ala melindungi Anda hingga akhir hayat, Recep Tayyip Erdogan. [Pirman]
*Blog Kita79*
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan Anda serta kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas isi artikel ini, namun kawan komentarnya yang sopan ya...!!! he..he..