“Pokoknya sakiiiiiit hati ini, sakiiit banget deh!”, keluhan seorang
sahabat tatkala menceritakan prihal pengkhianatan seseorang yang
dipercayainya. Mimik muka penuh kekesalan ditambah nada suara yang
menandai rasa jengkel.
Juga kelunya lidah seorang ibu, berurai air mata dan ragam tanya
dalam nuraninya, “Kenapa anak hamba yang dibesarkan dalam pendidikan
agama yang baik, tetapi melakukan perbuatan zina dan sering berdusta, Ya
Allah?”, ibu mana pun juga yang merupakan muslimah sholihat, pastilah
merasa hancur hatinya tatkala memetik kenyataan pahit melihat anaknya
‘kumpul kebo’ berlumur kehinaan dan belum juga bertaubat pada-NYA.
Lain lagi kalimat bijak dari Mas Fulan, seorang brother asal daerah
Jawa Timur, ia berkata, “Dulu sih sakiit sekali rasanya, ingin
melampiaskan dengan amarah atau bahkan membunuh… Tapi Alhamdulillah,
saya masih bisa mengontrol diri. Hati ini berkata ‘tidak, jangan
emosi’…. Maka sekarang saya lega…
Alhamdulillah sudah ikhlas…”,
senyumnya ceria. Subhanalloh, padahal Mas Fulan itu mengalami kepahitan
suatu peristiwa hidup, pengalamannya ketika pulang ke rumah memergoki
istri tercinta tengah berselingkuh, pasangan selingkuhan itu adalah
saudara iparnya sendiri! Maka tatkala Mas Fulan menceraikan si istri,
adik perempuan Mas Fulan juga menjanda karena bercerai dengan suaminya
tersebut. Tamparan yang luar biasa bagi keluarga mereka.
Sempat trauma,
begitulah kata Mas Fulan, lima tahun lebih ia merasa ketakutan membuat
rencana berumah tangga kembali. Butuh waktu introspeksi diri, perlu
lebih banyak pertimbangan yang matang, karena ia ‘takut’ hatinya terluka
lagi.
Dua tahun lalu, Mas Fulan ‘sembuh’, berjumpa dengan pilihan hatinya
dan membangun rumah tangga yang baru dengan optimis, Allah ta’ala pasti
melimpahkan obat luka terbaik buatnya. Keberkahan mengiringi, saat ini
Mas Fulan telah menggendong jundi nan lama diimpikannya.
Alhamdulillahirobbil ‘alamiin.
Memang si hati selalu jadi perbincangan sepanjang masa. Urusan hati
berkaitan dengan cinta, benci, juga rindu dan sebagainya, dibahas tak
pernah usai. Kedalaman hati seseorang tiada yang tau, kecuali Allah SWT.
Dalam biografi dari Sufyan Ath-Thauree, Khalf ibn Tameem melaporkan
bahwa ia mendengar Sufyan berkata: “Visi mata (apa-apa yang dipandang)
seseorang bertujuan pada dunia fana, dan visi hati seseorang bertujuan
untuk akhirat. Ketika seorang pria ‘melihat’ dengan matanya, ia sia-sia,
(ia menilai sesuatu dari pandangan mata saja) tak bermanfaat. Adalah
ketika ia melihat dengan hatinya, baik melihat seseorang yang disukainya
maupun ‘melihat’ penilaian diri sendiri, ia memetik banyak manfaat.”
Kalau zaman sekolah dulu, sang ustadzku pernah berpesan seraya
bercanda, “Ada tiga organ yang bicara…Wanita disebut cantik karena wajah
dan penampilannya, si mata yang bicara. Wanita cantik karena cerdas,
pandai dan rajin, itu otak atau akal pikiran yang berkata. Wanita cantik
karena berakhlakul karimah, baik budinya, itu si hati berucap. Dan mata
lebih cenderung memperturutkan nafsu, maka pertimbangkanlah kata hati,
karena kebaikan budi pekerti lebih berharga.”Dan sebagaimana yang kita
ketahui, kecintaan seseorang kepada Islam tentunya membuat selalu ingin
memahami dan terus menggali ilmu-ilmuNya. Dengan berusaha makin
memahami, maka akan terus berusaha mengamalkan rambu-rambuNya, dan wujud
yang paling terlihat adalah akhlakul karimah, kepribadian hidup
sehari-sehari. Itulah pancaran hati nan cantik.
Sufyan Ath-Thauree pun pernah mengatakan tentang ‘bukti kesabaran
hati’. Tiga hal tanda engkau telah bersabar : Jangan bicarakan tentang
musibah yang menimpamu, jangan diumbar prihal sakit dan lukamu, serta
jangan memuji dirimu sendiri. Astaghfirrulloh, kebanyakan peristiwa
keseharian diri ini masih susah untuk bersabar, sibuk ‘nyari tempat
berkeluh kesah’, sulit menata hati padahal sudah sering mengingat akan
si obat hati, sebagaimana firman Allah ta’ala, bermakna, “Tidaklah
kalian ketahui bahwa hati hamba-hamba Allah SWT yang beriman itu
dibahagiakan oleh Allah dengan banyak berdzikir kepada-Nya.” (QS.
Al-Hadid [57] : 16)
Si hati jelita dengan kelurusan niat dan kesyukuran, tentunya
menampakkan sikap dan prilaku rendah hati dan ketulusan seseorang dalam
menjalani detik-detik hidupnya. Wajah pun sumringah bahagia. Sedangkan
hati yang dengki, iri, hingga berjibunnya penyakit hati, maka sikap yang
tampak adalah rakus, tamak, doyan mengadu-domba, menebar fitnah,
mencari celah ‘kemudahan mencapai tujuan’ dengan jalan apapun,
berkhianat serta kesulitan untuk tersenyum.
Sebagaimana wasiat baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
“…Ketahuilah, bahwa setiap raja memilliki daerah terlarang. Ketahuilah,
bahwa daerah terlarang Allah adalah hal-hal yang diharamkan.
Ketahuilah, bahwa dalam tubuh terdapat mudghah (segumpal daging), jika
ia baik, maka baik pula seluruh tubuhnya. Jika ia rusak, maka rusak pula
seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati”.
(HR. Bukhari dan Muslim)
“Ada secuil catatan tentang si hati…
Bilangan tahun adalah seperti pohon, bulan adalah dahannya,
Hari-hari merupakan cabang-cabangnya, jam adalah daunnya,
Dan nafas ibarat buahnya
Siapa pun yang nafasnya digunakan untuk taat kepada Allah,
Maka buah pohon itu akan baik, lezat dan murni manisnya
Siapa pun yang nafasnya digunakan untuk mendurhakai Allah,
Tentu buahnya akan jahat, busuk dan jelek
Waktu panen adalah pada hari kiamat
Yang pada saat itu buah akan ditampilkan,
Apakah itu manis atau asam
Ketulusan dan Tauhid adalah pohon dalam hati
Cabang-cabangnya adalah perbuatan
Dan buahnya adalah kenikmatan hidup selama ini
Kehidupan duniawi dan kebahagiaan abadi di akhirat
Buah tauhid dan ketulusan dalam kehidupan dunia adalah sama
Allah limpahkan berkah kepada hamba –Nya nan ikhlas
Balasan kebaikan berlipat ganda
Kemusyrikan, berbohong, dan kemunafikan juga pohon dalam hati
Buahnya adalah selama hidup tak tentram Diliputi rasa takut, tertekan, kesedihan, dan sesak dalam dada
Kegelapan hati, dan di akhirat menelan az-zaqqum jua siksaan permanen
Allah ta’ala menyebutkan dua pohon tersebut dalam ayat-ayat cinta-Nya Surah Ibrahim."
“Ya Allah, yang selalu membolak-balikkan hati, mantapkanlah hati kami dalam agama-Mu dan dalam ketaatan pada-Mu, amiin”. Wallahu a’lam bish-shawab.
by : bidadari_Azzam
(bidadariazzam.blogspot.com @Krakow, jelang subuh 29 juli 2011)
Keterangan tentang Az-Zaqqum (Pohon Neraka Jahannam), Dari Ibnu Abbas ra, berkata, “Nabi
SAW membaca ayat ini, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam. (QS. Ali-Imran [3] : 102), lalu beliau bersabda, ‘Andai
setetes pohon Az-Zaqqum menetes ke dunia, maka merusak kehidupan para
penduduk dunia. Bagaimana dengan orang yang makannya ialah Az-Zaqqum?” (HR. At-Timidzi-Hadits ini Hasan shahih)
sumber klik
Detail: Hati-Hati Tentang Si Hati