Selama ini kita hanya tahu kalau jagoan musik itu orang-orang seperti
Mozart, Bach, atau komposer-komporser barat lainnya. Padahal jauh
sebelumnya, dunia Islam sudah melahirkan seorang musisi jenius: Al
Farabi!
Nama sebenarnya Abu Nasr Muhammad Ibnu Muhammad Ibnu Tarkhan Ibnu
Uzlaq Al Farabi. Beliau lahir pada tahun 874M (260H) di Transoxia yang
terletak dalam Wilayah Wasij di Turki. Bapaknya merupakan seorang
anggota tentara yang miskin tetapi semua itu tidak menghalanginya untuk
menimba ilmu di Baghdad. Kenapa di Baghdad, ini karena pada zaman itu
semua ilmu memang berkumpul di Syria atau Irak.
Setelah beberapa waktu lamanya tinggal di Irak, Al Farabi memutuskan
hijrah ke Damsyik, sebelum meneruskan perjalanannya ke Halab. Semasa di
sana, beliau berkhidmat di istana Saif al-Daulah dengan gaji empat
dirham sehari. Hal ini menyebabkan dia hidup dalam keadaan yang serba
kekurangan.
Walaupun Al-Farabi merupakan seorang yang zuhud, tetapi beliau bukan seorang ahli sufi. Beliau merupakan seorang ilmuwan yang cukup terkenal pada zamannya. Dia berkemampuan menguasai pelbagai bahasa.
Bicara soal keahliannya yang utama apalagi kalo bukan dalam soal musik. Lagu yang dihasilkannya meninggalkan kesan secara langsung kepada pendengarnya. Selain mempunyai kemampuan untuk bermain musik, beliau juga telah mencipta satu kesenian yang kelak jadi identitas orang Arab. Apalagi kalo bukan musik gambus.
Tapi kemampuan Al-Farabi bukan sekadar itu. Beliau juga memiliki ilmu pengetahuan yang mendalam dalam bidang kedokteran, sains, matematika, dan sejarah. Satu lagi keterampilannya sebagai seorang ilmuwan yang terulung dalam bidang falsafah. Bahkan kehebatannya dalam bidang ini mengatasi ahli falsafah Islam yang lain seperti Al-Kindi dan Ibnu Rusyd.
Di bidang musik, sumbangan terbesarnya dalam sejarah adalah sebuah buku yang berisi tentang pengajaran dan teori musik Islam: Al-Musiqa. Asal tahu saja, buku ini sampai sekarang masih dianggap jadi buku musik yang terpenting dalam bidang musik di seluruh dunia. Soalnya, Al-Farabi konon yang pertama meletakan dasar-dasar tentang not balok dan segala sesuatu yang berhubungan dengan musik-musik modern zaman sekarang.
Sebagai seorang ilmuwan yang tulen, Al-Farabi turut memperlihatkan kecenderungannya menghasilkan beberapa kajian dalam bidang kedokteran. Walaupun kajiannya dalam bidang ini tidak menjadikannya masyhur tetapi pandangannya sudah memberikan sumbangan yang cukup bermakna terhadap perkembangan ilmu kedokteran di zamannya.
Al-Farabi terdidik dengan sifat qanaah (sederhana). Sifat itu menjadikan beliau seorang yang amat sederhana, tidak gila akan harta dan tidak cinta dunia. Beliau lebih menumpukan perhatian untuk mencari ilmu daripada mendapatkan kekayaan duniawi. Sebab itulah Al-Farabi hidup dalam keadaan yang miskin sehingga beliau menghembuskan nafas yang terakhir pada tahun 950M (339H). (sa/ind/berbagaisumber)
*Blog Kita79*
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan Anda serta kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas isi artikel ini, namun kawan komentarnya yang sopan ya...!!! he..he..