Berbahagialah mereka yang berjihad di
jalan Allah Ta’ala dari kalangan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,
sahabat, dan kaum muslimin, kemudian mendapatkan syahid dalam membela
agama-Nya. Berbahagialah dengan balasan yang disediakan; surga lengkap
dengan seluruh kenikmatan dan tujuh puluh bidadari.
Berbahagialah mereka, sebab akan
berkembang pahalanya hingga Hari Kiamat, rezekinya senantiasa mengalir,
terlindung dari fitnah kubur dan fitnah lainnya, serta diganjari lebih
baik dari dunia dan seisinya.
Ketika berpamitan, Muhammad bin Ibrahim
bin Abi Sakinah pernah mendiktekan syair jihad ini kepada ‘Abdullah bin
al-Mubarak yang diteruskan kepada al-Fudail bin ‘Iyadh pada tahun 170-an
Hijriyah di sebuah daerah bernama Tharsus.
Wahai yang beribadah di Haramain (Makkah dan Madinah), andai saja kau melihat kami,niscaya engkau sadar; bahwa engkau bermain-main dalam beribadah.
Disebut bermain-main, karena orang-orang
yang beribadah di dua Tanah Suci itu hanya mengejar keshalehan pribadi
dan mengacuhkan panggilan jihad dalam rangka memperjuangkan agama dan
kalimat Allah Ta’ala.
Jika orang-orang membasahi pipinya dengan air mata,maka kami membasahi wajah kami dengan darah.
Saat orang-orang itu berpura-pura
menangis, padahal sejatinya hati mereka tertawan dengan dunia, maka para
mujahid yang berjuang di jalan Allah Ta’ala membasahi wajahnya dengan
darah lantaran sabetan pedang, sayatan pisau, tusukan tombak, tembakan
peluru, atau pun ledakan rudal dan bom.
Atau, jika orang-orang melelahkan kudanya (kendaraan) dalam kebathilan,maka kuda-kuda kami merasa kelelahan pada pagi hari.
Banyak di antara mereka-dan sebagian
kita-yang menggunakan kendaraan dalam bermaksiat kepada Allah Ta’ala. Di
antara mereka ada yang berfoya-foya dengan kendaraan mewahnya,
sedangkan yang lainnya menggunakannya dalam kesia-siaan dan menentang
aturan-Nya.
Bau wangi menyerbak untuk kalian,sedang bau wangi yang kami cium adalah tanah pada kuku kuda dan debu yang baik.
Ketika orang-orang yang lalai menarik
lawan jenisnya dengan wewangian yang membuat jiwa terlena, atau
orang-orang berwangi ria dalam pakaian dan apa yang tidak dibolehkan
berlebihan padanya; wewangian para mujahid adalah debu gurun pasir di
medan jihad dan tanah yang menempel di kuku dan sepatu kuda. Betapa beda
bentuknya; namun yang lebih mulia adalah yang tampak tak berharga.
Telah datang kepada kami ungkapan Nabi kami,ungkapan yang benar dan tidak berbohong.
Mereka melakukan jihad sebagai pilihan
hidup sebab meyakini janji Allah Ta’ala melalui Nabi-Nya. Maka mereka
mensyukuri pilihannya, dan senantiasa berupaya menjaga niat agar
senantiasa berada dalam ridha-Nya, meskipun banyak yang mencomooh sebab
membenci amalannya itu.
Tidak sama antara debu kuda Allah di hidung seseorang dan asap api yang berkobar.Inilah Kitab Allah yang berbicara di tengah-tengah kita; bahwa syahid tidak mati itu bukanlah (perkataan) bohong.
Meski wewangiannya adalah debu, maka itu
akan menjadi surga baginya. Sedangkan mereka yang harum mewangi dalam
semerbak, sejatinya adalah neraka sebab niatnya tidak benar, bahkan
beramal untuk menentang Allah Ta’ala dan aturan-Nya. [Pirman]
sumber
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan Anda serta kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas isi artikel ini, namun kawan komentarnya yang sopan ya...!!! he..he..