1. KEBUMIAN
Lapisan-Lapisan Atmosfer
Salah satu fakta tentang alam semesta sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an adalah bahwa langit terdiri atas tujuh lapisan.
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala
yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu
dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Baqarah:29)
“Kemudian Dia menuju langit, dan
langit itu masih merupakan asap. Maka Dia menjadikannya tujuh langit
dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.” (QS. Fussilat:11-12)
Kata “langit”, yang kerap kali muncul di
banyak ayat dalam Al Qur’an, digunakan untuk mengacu pada “langit” bumi
dan juga keseluruhan alam semesta. Dengan makna kata seperti ini,
terlihat bahwa langit bumi atau atmosfer terdiri dari tujuh lapisan.
Saat ini benar-benar diketahui bahwa
atmosfer bumi terdiri atas lapisan-lapisan yang berbeda yang saling
bertumpukan. Lebih dari itu, persis sebagaimana dinyatakan dalam Al
Qur’an, atmosfer terdiri atas tujuh lapisan. Para ilmuwan menemukan
bahwa atmosfer terdiri diri beberapa lapisan. Lapisan-lapisan tersebut
berbeda dalam ciri-ciri fisik, seperti tekanan dan jenis gasnya. Lapisan
atmosfer yang terdekat dengan bumi disebut TROPOSFER. Ia membentuk
sekitar 90% dari keseluruhan massa atmosfer. Lapisan di atas troposfer
disebut STRATOSFER. LAPISAN OZON adalah bagian dari stratosfer di mana
terjadi penyerapan sinar ultraviolet. Lapisan di atas stratosfer disebut
MESOSFER. .
TERMOSFER berada di atas mesosfer. Gas-gas terionisasi
membentuk suatu lapisan dalam termosfer yang disebut IONOSFER. Bagian
terluar atmosfer bumi membentang dari sekitar 480 km hingga 960 km.
Bagian ini dinamakan EKSOSFER.. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 319-322)
Keajaiban penting lain dalam hal ini disebutkan dalam surat Fushshilat ayat ke-12, “… Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.” Dengan
kata lain, Allah dalam ayat ini menyatakan bahwa Dia memberikan kepada
setiap langit tugas atau fungsinya masing-masing. Sebagaimana dapat
dipahami, tiap-tiap lapisan atmosfir ini memiliki fungsi penting yang
bermanfaat bagi kehidupan umat manusia dan seluruh makhluk hidup lain di
Bumi. Setiap lapisan memiliki fungsi khusus, dari pembentukan hujan
hingga perlindungan terhadap radiasi sinar-sinar berbahaya; dari
pemantulan gelombang radio hingga perlindungan terhadap dampak meteor
yang berbahaya.
Salah satu fungsi ini, misalnya,
dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut: Atmosfir bumi
memiliki 7 lapisan. Lapisan terendah dinamakan troposfer. Hujan, salju,
dan angin hanya terjadi pada troposfer. (http://muttley.ucdavis.edu/Book/Atmosphere/beginner/layers-01.html).
Sebuah keajaiban besar bahwa fakta-fakta ini, yang tak mungkin
ditemukan tanpa teknologi canggih abad ke-20, secara jelas dinyatakan
oleh Al Qur’an 1.400 tahun yang lalu.
Fungsi Gunung
“Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka...” (QS. Al Anbiya:31)
Sebagaimana terlihat, dinyatakan dalam
ayat tersebut bahwa gunung-gunung berfungsi mencegah goncangan di
permukaan bumi. Kenyataan ini tidaklah diketahui oleh siapapun di masa
ketika Al Qur’an diturunkan. Nyatanya, hal ini baru saja terungkap
sebagai hasil penemuan geologi modern. Menurut penemuan ini,
gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan dan tumbukan dari
lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Ketika dua
lempengan bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah
lempengan yang satunya, sementara yang di atas melipat dan membentuk
dataran tinggi dan gunung. Lapisan bawah bergerak di bawah permukaan dan
membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini berarti gunung
mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah yang tak kalah besarnya
dengan yang tampak di permukaan bumi.
Dalam tulisan ilmiah, struktur gunung
digambarkan sebagai berikut: Pada bagian benua yang lebih tebal, seperti
pada jajaran pegunungan, kerak bumi akan terbenam lebih dalam ke dalam
lapisan magma. (General Science, Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 305)
Dalam sebuah ayat, peran gunung seperti ini diungkapkan melalui sebuah perumpamaan sebagai “pasak”: “Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung sebagai pasak?” (QS. An Naba’:6-7)
Dengan kata lain, gunung-gunung
menggenggam lempengan-lempengan kerak bumi dengan memanjang ke atas dan
ke bawah permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan
ini. Dengan cara ini, mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya
dari terombang-ambing di atas lapisan magma atau di antara
lempengan-lempengannya. Singkatnya, kita dapat menyamakan gunung dengan
paku yang menjadikan lembaran-lembaran kayu tetap menyatu.
Fungsi pemancangan dari gunung dijelaskan
dalam tulisan ilmiah dengan istilah “isostasi”. Isostasi bermakna
sebagai berikut: Isostasi: kesetimbangan dalam kerak bumi yang terjaga
oleh aliran materi bebatuan di bawah permukaan akibat tekanan
gravitasi. (Webster’s New Twentieth Century Dictionary, 2. edition “Isostasy”, New York, s. 975)
Peran penting gunung yang ditemukan oleh
ilmu geologi modern dan penelitian gempa, telah dinyatakan dalam Al
Qur’an berabad-abad lampau sebagai suatu bukti Hikmah Maha Agung dalam
ciptaan Allah.
Pergerakan Gunung
Dalam sebuah ayat, kita diberitahu bahwa
gunung-gunung tidaklah diam sebagaimana yang tampak, akan tetapi mereka
terus-menerus bergerak.
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu,
kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia berjalan sebagai
jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh
tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. An Naml:88)
Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh
gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti
mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20,
untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama
Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi
menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang
berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.
Para ahli geologi memahami kebenaran
pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah
kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah
tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh
tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan
yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.
Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea
terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang
berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang
meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua
adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia,
kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan
Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.
Benua-benua yang terbentuk menyusul
terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara
terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga
menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan
lautan di Bumi.
Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan
setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para
ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:
Kerak dan bagian terluar dari magma,
dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang
disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan
kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan
ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan
bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm
per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan
menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun,
misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)
Ada hal sangat penting yang perlu
dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang
gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan
modern juga menggunakan istilah “continental drift” atau “gerakan
mengapung dari benua” untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13)
Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah
satu kejaiban Al Qur’an bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja
ditemukan oleh para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Qur’an.
Lautan yang Tidak Bercampur Satu Sama Lain
Salah satu di antara sekian sifat lautan yang baru-baru ini ditemukan adalah berkaitan dengan ayat Al Qur’an sebagai berikut:
“Dia membiarkan dua lautan mengalir
yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tak dapat
dilampaui oleh masing-masing.” (QS. Ar Rahman:19-20)
Sifat lautan yang saling bertemu, akan
tetapi tidak bercampur satu sama lain ini telah ditemukan oleh para ahli
kelautan baru-baru ini. Dikarenakan gaya fisika yang dinamakan
“tegangan permukaan”, air dari laut-laut yang saling bersebelahan tidak
menyatu. Akibat adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah
lautan dari bercampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis
yang memisahkan mereka. (Davis, Richard A., Jr. 1972, Principles of Oceanography, Don Mills, Ontario, Addison-Wesley Publishing, s. 92-93.)
Terdapat gelombang besar, arus kuat, dan
gelombang pasang di Laut Tengah dan Samudra Atlantik. Air Laut Tengah
memasuki Samudra Atlantik melalui selat Jibraltar. Namun suhu, kadar
garam, dan kerapatan air laut di kedua tempat ini tidak berubah karena
adanya penghalang yang memisahkan keduanya.
Sisi menarik dari hal ini adalah bahwa
pada masa ketika manusia tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai
fisika, tegangan permukaan, ataupun ilmu kelautan, hal ini dinyatakan
dalam Al Qur’an.
2. BIOLOGI
Bagian Otak yang Mengendalikan Gerak Kita
“Ketahuilah, sungguh jika dia tidak
berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu)
ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.” (QS. Al Alaq:15-16)
Ungkapan “ubun-ubun orang yang
mendustakan lagi durhaka” dalam ayat di atas sungguh menarik. Penelitian
yang dilakukan di tahun-tahun belakangan mengungkapkan bahwa bagian
prefrontal, yang bertugas mengatur fungsi-fungsi khusus otak, terletak
pada bagian depan tulang tengkorak. Para ilmuwan hanya mampu menemukan
fungsi bagian ini selama kurun waktu 60 tahun terakhir, sedangkan Al
Qur’an telah menyebutkannya 1400 tahun lalu. Jika kita lihat bagian
dalam tulang tengkorak, di bagian depan kepala, akan kita temukan daerah
frontal cerebrum (otak besar). Buku berjudul Essentials of Anatomy and
Physiology, yang berisi temuan-temuan terakhir hasil penelitian tentang
fungsi bagian ini, menyatakan: Dorongan dan hasrat untuk merencanakan
dan memulai gerakan terjadi di bagian depan lobi frontal, dan bagian
prefrontal. Ini adalah daerah korteks asosiasi…(Seeley, Rod R.; Trent
D. Stephens; and Philip Tate, 1996, Essentials of Anatomy &
Physiology, 2. edition, St. Louis, Mosby-Year Book Inc., s. 211; Noback,
Charles R.; N. L. Strominger; and R. J. Demarest, 1991, The Human
Nervous System, Introduction and Review, 4. edition, Philadelphia, Lea
& Febiger , s. 410-411)
Buku tersebut juga mengatakan: Berkaitan
dengan keterlibatannya dalam membangkitkan dorongan, daerah prefrontal
juga diyakini sebagai pusat fungsional bagi perilaku menyerang…(Seeley,
Rod R.; Trent D. Stephens; and Philip Tate, 1996, Essentials of Anatomy
& Physiology, 2. edition, St. Louis, Mosby-Year Book Inc., s. 211)
Jadi, daerah cerebrum ini juga bertugas
merencanakan, memberi dorongan, dan memulai perilaku baik dan buruk, dan
bertanggung jawab atas perkataan benar dan dusta.
Jelas bahwa ungkapan “ubun-ubun orang
yang mendustakan lagi durhaka” benar-benar merujuk pada penjelasan di
atas. Fakta yang hanya dapat diketahui para ilmuwan selama 60 tahun
terakhir ini, telah dinyatakan Allah dalam Al Qur’an sejak dulu.
Kelahiran Manusia
“Kami telah menciptakan kamu; maka
mengapa kamu tidak membenarkan? Adakah kamu perhatikan nutfah (benih
manusia) yang kamu pancarkan? Kamukah yang menciptakannya? Ataukah Kami
yang menciptakannya?” (QS. Al Waqi’ah:57-59)
Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya
yang luar biasa itu ditegaskan dalam banyak ayat. Beberapa informasi di
dalam ayat-ayat ini sedemikian rinci sehingga mustahil bagi orang yang
hidup di abad ke-7 untuk mengetahuinya. Beberapa di antaranya sebagai
berikut:
1. Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya.
2. Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.
3. Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.
4. Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.
Orang-orang yang hidup pada zaman kala Al
Qur’an diturunkan, pasti mengetahui bahwa bahan dasar kelahiran
berhubungan dengan mani laki-laki yang terpancar selama persetubuhan
seksual. Fakta bahwa bayi lahir sesudah jangka waktu sembilan bulan
tentu saja merupakan peristiwa yang gamblang dan tidak memerlukan
penyelidikan lebih lanjut. Akan tetapi, sedikit informasi yang dikutip
di atas itu berada jauh di luar pengertian orang-orang yang hidup pada
masa itu. Ini baru disahihkan oleh ilmu pengetahuan abad ke-20.
Setetes Mani
Dalam ilmu pengetahuan modern diteliti
bahwa selama persetubuhan seksual, 250 juta sperma terpancar dari si
laki-laki pada satu waktu. Sperma-sperma melakukan perjalanan 5-menit
yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur. Hanya seribu dari
250 juta sperma yang berhasil mencapai sel telur. Sel telur, yang
berukuran setengah dari sebutir garam, hanya akan membolehkan masuk satu
sperma. Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya
sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam Al-Qur’an :
“Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang dipancarkan?” (QS. Al Qiyamah:36-37)
Campuran Dalam Air Mani
Cairan yang disebut mani tidak mengandung
sperma saja. Cairan ini justru tersusun dari campuran berbagai cairan
yang berlainan. Cairan-cairan ini mempunyai fungsi-fungsi semisal
mengandung gula yang diperlukan untuk menyediakan energi bagi sperma,
menetralkan asam di pintu masuk rahim, dan melicinkan lingkungan agar
memudahkan pergerakan sperma.
Yang cukup menarik, ketika mani
disinggung di Al-Qur’an, fakta ini, yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan
modern, juga menunjukkan bahwa mani itu ditetapkan sebagai cairan
campuran:
“Sungguh, Kami ciptakan manusia dari
setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah
dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.” (QS. Al Insan:2)
Jenis Kelamin Bayi
Penelitian sebelumnya diyakini bahwa
jenis kelamin bayi ditentukan oleh sel-sel ibu. Atau setidaknya,
dipercaya bahwa jenis kelamin ini ditentukan secara bersama oleh sel-sel
lelaki dan perempuan. Namun kita diberitahu informasi yang berbeda
dalam Al Qur’an, yang menyatakan bahwa jenis kelamin laki-laki atau
perempuan diciptakan “dari air mani apabila dipancarkan”.
“Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita, dari air mani, apabila dipancarkan.” (QS. An Najm:45-46)
Cabang-cabang ilmu pengetahuan yang
berkembang seperti genetika dan biologi molekuler telah membenarkan
secara ilmiah ketepatan informasi yang diberikan Al Qur’an ini. Kini
diketahui bahwa jenis kelamin ditentukan oleh sel-sel sperma dari tubuh
pria, dan bahwa wanita tidak berperan dalam proses penentuan jenis
kelamin ini.
Kromosom adalah unsur utama dalam
penentuan jenis kelamin. Dua dari 46 kromosom yang menentukan bentuk
seorang manusia diketahui sebagai kromosom kelamin. Dua kromosom ini
disebut “XY” pada pria, dan “XX” pada wanita. Pembentukan seorang
manusia baru berawal dari penggabungan silang salah satu dari kromosom
ini, yang pada pria dan wanita ada dalam keadaan berpasangan. Pada
wanita, kedua bagian sel kelamin, yang membelah menjadi dua selama
peristiwa ovulasi, membawa kromosom X. Sebaliknya, sel kelamin seorang
pria menghasilkan dua sel sperma yang berbeda, satu berisi kromosom X,
dan yang lainnya berisi kromosom Y. Jika satu sel telur berkromosom X
dari wanita ini bergabung dengan sperma yang membawa kromosom Y, maka
bayi yang akan lahir berjenis kelamin pria. Jadi, jenis kelamin bayi
bergantung pada jenis kromosom kelamin pada sperma yang membuahi sel
telur, apakah X atau Y.
Dengan kata lain, sebagaimana dinyatakan
dalam ayat tersebut, penentu jenis kelamin bayi adalah air mani, yang
berasal dari ayah. Jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis kromosom
mana dari pria yang bergabung dengan sel telur wanita. Tak satu pun
informasi ini dapat diketahui hingga ditemukannya ilmu genetika pada
abad ke-20. Bahkan di banyak masyarakat, diyakini bahwa jenis kelamin
bayi ditentukan oleh pihak wanita. Inilah mengapa kaum wanita
dipersalahkan ketika mereka melahirkan bayi perempuan.
Namun, tiga belas abad sebelum penemuan
gen manusia, Al Qur’an telah mengungkapkan informasi yang menghapuskan
keyakinan takhayul ini, dan menyatakan bahwa wanita bukanlah penentu
jenis kelamin bayi, akan tetapi air mani dari pria.
Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim
Ketika sperma dari laki-laki bergabung
dengan sel telur wanita, intisari bayi yang akan lahir terbentuk. Sel
tunggal yang dikenal sebagai “zigot” dalam ilmu biologi ini akan segera
berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi “segumpal
daging”. Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan
bantuan mikroskop.
Pada tahap awal perkembangannya, bayi
dalam rahim ibu berbentuk zigot, yang menempel pada rahim agar dapat
menghisap sari-sari makanan dari darah ibu. Zigot terlihat seperti
sekerat daging. Namun, zigot tersebut tidak melewatkan tahap
pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada dinding rahim seperti akar
yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui hubungan semacam
ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi
pertumbuhannya. (Moore, Keith L., E. Marshall Johnson, T. V. N.
Persaud, Gerald C. Goeringer, Abdul-Majeed A. Zindani, and Mustafa A.
Ahmed, 1992, Human Development as Described in the Qur’an and Sunnah,
Makkah, Commission on Scientific Signs of the Qur’an and Sunnah, s. 36)
Informasi ini, yang ditemukan oleh
embriologi modern, ternyata telah dinyatakan dalam Al Qur’an 14 abad
yang lalu. Di sini, pada bagian ini, satu keajaiban penting dari Al
Qur’an terungkap. Saat merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim
ibu, Allah menggunakan kata “‘alaq” dalam Al Qur’an:
“Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari ‘alaq
(segumpal darah). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.” (Al ‘Alaq:1-3)
Arti kata “‘alaq” dalam bahasa Arab
adalah “sesuatu yang menempel pada suatu tempat”. Kata ini secara
harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh
untuk menghisap darah.
Tentunya bukanlah suatu kebetulan bahwa
sebuah kata yang demikian tepat digunakan untuk zigot yang sedang tumbuh
dalam rahim ibu. Hal ini sekali lagi membuktikan bahwa Al Qur’an
merupakan wahyu dari Allah, Tuhan Semesta Alam.
Pembungkusan Tulang oleh Otot
Sisi penting lain tentang informasi yang
disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur’an adalah tahap-tahap pembentukan
manusia dalam rahim ibu. Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa dalam
rahim ibu, mulanya tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah
otot yang membungkus tulang-tulang ini.
“Kemudian air mani itu Kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang
Paling Baik” (QS. Al Mu’minuun:14)
Embriologi adalah cabang ilmu yang
mempelajari perkembangan embrio dalam rahim ibu. Hingga akhir-akhir ini,
para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio
terbentuk secara bersamaan.
Karenanya, sejak lama banyak orang yang
menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun,
penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan
perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al Qur’an
adalah benar kata demi katanya. Penelitian di tingkat mikroskopis ini
menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu terjadi dengan cara
persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut.
Pertama, jaringan tulang rawan embrio
mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di
sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.
Peristiwa ini digambarkan dalam sebuah
terbitan ilmiah dengan kalimat berikut: Dalam minggu ketujuh, rangka
mulai tersebar ke seluruh tubuh dan tulang-tulang mencapai bentuknya
yang kita kenal. Pada akhir minggu ketujuh dan selama minggu kedelapan,
otot-otot menempati posisinya di sekeliling bentukan tulang. (Moore, Developing Human, 6. edition,1998.)
Singkatnya, tahap-tahap pembentukan
manusia sebagaimana digambarkan dalam Al Qur’an, benar-benar sesuai
dengan penemuan embriologi modern. Tahapan-tahapan perkembangan bayi
dalam rahim ibu dipaparkan dalam Al Qur’an. Sebagaiman diuraikan dalam
ayat ke-14 surat Al Mu’minuun, jaringan tulang rawan pada embrio di
dalam rahim ibu mulanya mengeras dan menjadi tulang keras. Lalu
tulang-tulang ini dibungkus oleh sel-sel otot. Allah menjelaskan
perkembangan ini dalam ayat: “…dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging”.
Tiga Tahapan Bayi Dalam Rahim
Dalam Al Qur’an dipaparkan bahwa manusia diciptakan melalui tiga tahapan dalam rahim ibunya. “…
Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga
kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan
yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?” (QS. Az Zumar:6)
Sebagaimana yang akan dipahami, dalam
ayat ini ditunjukkan bahwa seorang manusia diciptakan dalam tubuh ibunya
dalam tiga tahapan yang berbeda. Sungguh, biologi modern telah
mengungkap bahwa pembentukan embrio pada bayi terjadi dalam tiga daerah
yang berbeda dalam rahim ibu. Sekarang, di semua buku pelajaran
embriologi yang dipakai di berbagai fakultas kedokteran, hal ini
dijadikan sebagai pengetahuan dasar. Misalnya, dalam buku Basic Human
Embryology, sebuah buku referensi utama dalam bidang embriologi, fakta
ini diuraikan sebagai berikut:
“Kehidupan dalam rahim memiliki tiga
tahapan: pre-embrionik; dua setengah minggu pertama, embrionik; sampai
akhir minggu ke delapan, dan janin; dari minggu ke delapan sampai
kelahiran.” (Williams P., Basic Human Embryology, 3. edition, 1984, s. 64.)
Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap
yang berbeda dari perkembangan seorang bayi. Ringkasnya, ciri-ciri tahap
perkembangan bayi dalam rahim adalah sebagaimana berikut:
- Tahap Pre-embrionik
Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar
melalui pembelahan sel, dan terbentuklah segumpalan sel yang kemudian
membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang
semakin membesar, sel-sel penyusunnya pun mengatur diri mereka sendiri
guna membentuk tiga lapisan.
- Tahap Embrionik
Tahap kedua ini berlangsung selama lima
setengah minggu. Pada masa ini bayi disebut sebagai “embrio”. Pada tahap
ini, organ dan sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari lapisan- lapisan
sel tersebut.
- Tahap fetus
Dimulai dari tahap ini dan seterusnya,
bayi disebut sebagai “fetus”. Tahap ini dimulai sejak kehamilan bulan
kedelapan dan berakhir hingga masa kelahiran. Ciri khusus tahapan ini
adalah terlihatnya fetus menyerupai manusia, dengan wajah, kedua tangan
dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang 3 cm, kesemua
organnya telah nampak. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30
minggu, dan perkembangan berlanjut hingga minggu kelahiran.
Informasi mengenai perkembangan yang
terjadi dalam rahim ibu, baru didapatkan setelah serangkaian pengamatan
dengan menggunakan peralatan modern. Namun sebagaimana sejumlah fakta
ilmiah lainnya, informasi-informasi ini disampaikan dalam ayat-ayat Al
Qur’an dengan cara yang ajaib. Fakta bahwa informasi yang sedemikian
rinci dan akurat diberikan dalam Al Qur’an pada saat orang memiliki
sedikit sekali informasi di bidang kedokteran, merupakan bukti nyata
bahwa Al Qur’an bukanlah ucapan manusia tetapi Firman Allah.
Air Susu Ibu
Air susu ibu adalah suatu campuran
ciptaan Allah yang luar biasa dan tak tertandingi sebagai sumber makanan
terbaik bagi bayi yang baru lahir, dan sebagai zat yang meningkatkan
kekebalan tubuhnya terhadap penyakit. Bahkan makanan bayi yang dibuat
dengan teknologi masa kini tak mampu menggantikan sumber makanan yang
menakjubkan ini.
Setiap hari ditemukan satu manfaat baru
air susu ibu bagi bayi. Salah satu fakta yang ditemukan ilmu pengetahuan
tentang air susu ibu adalah bahwa menyusui bayi selama dua tahun
setelah kelahiran sungguh amat bermanfaat. (Rex D. Russell, Design in
Infant Nutrition, http:// www. icr.org/pubs/imp-259.htm)
Allah memberitahu kita informasi penting
ini sekitar 14 abad yang lalu, yang hanya diketahui melalui ilmu
pengetahuan baru-baru ini, dalam ayat-Nya “…menyapihnya dalam dua tahun…”.
“Dan Kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman:14)
3. FISIKA
Rahasia Besi
Besi adalah salah satu unsur yang
dinyatakan secara jelas dalam Al Qur’an. Dalam Surat Al Hadiid, yang
berarti “besi”, kita diberitahu sebagai berikut:
“…Dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia ….” (QS. Al Hadid:25)
Kata “anzalnaa” yang berarti “kami
turunkan” khusus digunakan untuk besi dalam ayat ini, dapat diartikan
secara kiasan untuk menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk memberi
manfaat bagi manusia. Tapi ketika kita mempertimbangkan makna harfiah
kata ini, yakni “secara bendawi diturunkan dari langit”, kita akan
menyadari bahwa ayat ini memiliki keajaiban ilmiah yang sangat penting.
Ini dikarenakan penemuan astronomi modern
telah mengungkap bahwa logam besi yang ditemukan di bumi kita berasal
dari bintang-bintang raksasa di angkasa luar. Logam berat di alam
semesta dibuat dan dihasilkan dalam inti bintang-bintang raksasa. Akan
tetapi sistem tata surya kita tidak memiliki struktur yang cocok untuk
menghasilkan besi secara mandiri. Besi hanya dapat dibuat dan dihasilkan
dalam bintang-bintang yang jauh lebih besar dari matahari, yang suhunya
mencapai beberapa ratus juta derajat. Ketika jumlah besi telah
melampaui batas tertentu dalam sebuah bintang, bintang tersebut tidak
mampu lagi menanggungnya, dan akhirnya meledak melalui peristiwa yang
disebut “nova” atau “supernova”. Akibat dari ledakan ini, meteor-meteor
yang mengandung besi bertaburan di seluruh penjuru alam semesta dan
mereka bergerak melalui ruang hampa hingga mengalami tarikan oleh gaya
gravitasi benda angkasa.
Semua ini menunjukkan bahwa logam besi
tidak terbentuk di bumi melainkan kiriman dari bintang-bintang yang
meledak di ruang angkasa melalui meteor-meteor dan “diturunkan ke bumi”,
persis seperti dinyatakan dalam ayat tersebut: Jelaslah bahwa fakta ini
tidak dapat diketahui secara ilmiah pada abad ke-7 ketika Al Qur’an
diturunkan.
Penciptaan yang Berpasang-Pasangan
“Maha Suci Tuhan yang telah
menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan
oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka
ketahui.” (QS. Yasin:36)
Meskipun gagasan tentang “pasangan”
umumnya bermakna laki-laki dan perempuan, atau jantan dan betina,
ungkapan “maupun dari apa yang tidak mereka ketahui” dalam ayat di atas
memiliki cakupan yang lebih luas. Kini, cakupan makna lain dari ayat
tersebut telah terungkap. Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan
bahwa materi diciptakan secara berpasangan, dianugerahi Hadiah Nobel di
bidang fisika pada tahun 1933. Penemuan ini, yang disebut “parité”,
menyatakan bahwa materi berpasangan dengan lawan jenisnya: anti-materi.
Anti-materi memiliki sifat-sifat yang berlawanan dengan materi.
Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi bermuatan positif,
dan protonnya bermuatan negatif. Fakta ini dinyatakan dalam sebuah
sumber ilmiah sebagaimana berikut:
“…setiap partikel memiliki anti-partikel
dengan muatan yang berlawanan…dan hubungan ketidakpastian mengatakan
kepada kita bahwa penciptaan berpasangan dan pemusnahan berpasangan
terjadi di dalam vakum di setiap saat, di setiap tempat.”
4. ASTRONOMI
Pemisahan Langit dan Bumi
Satu ayat lagi tentang penciptaan langit adalah sebagaimana berikut:
“Dan apakah orang-orang yang kafir
tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah
suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air
Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada
juga beriman?” (QS. Al Anbiya:30)
Kata “ratq” yang di sini diterjemahkan
sebagai “suatu yang padu” digunakan untuk merujuk pada dua zat berbeda
yang membentuk suatu kesatuan. Ungkapan “Kami pisahkan antara keduanya”
adalah terjemahan kata Arab “fataqa”, dan bermakna bahwa sesuatu muncul
menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari
“ratq”. Perkecambahan biji dan munculnya tunas dari dalam tanah adalah
salah satu peristiwa yang diungkapkan dengan menggunakan kata ini.
Marilah kita kaji ayat ini kembali
berdasarkan pengetahuan ini. Dalam ayat tersebut, langit dan bumi adalah
subyek dari kata sifat “fatq”. Keduanya lalu terpisah (“fataqa”) satu
sama lain. Menariknya, ketika mengingat kembali tahap-tahap awal
peristiwa Big Bang, kita pahami bahwa satu titik tunggal berisi seluruh
materi di alam semesta.
Dengan kata lain, segala sesuatu,
termasuk “langit dan bumi” yang saat itu belumlah diciptakan, juga
terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada keadaan “ratq”
ini. Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga menyebabkan
materi-materi yang dikandungnya untuk “fataqa” (terpisah), dan dalam
rangkaian peristiwa tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan alam
semesta terbentuk.
Ketika kita bandingkan penjelasan ayat
tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah, akan kita pahami bahwa
keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain. Yang sungguh menarik
lagi, penemuan-penemuan ini belumlah terjadi sebelum abad ke-20.
Bentuk Bulat Planet Bumi
“Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam…” (QS. Az Zumar:5)
Dalam Al Qur’an, kata-kata yang digunakan
untuk menjelaskan tentang alam semesta sungguh sangat penting. Kata
Arab yang diterjemahkan sebagai “menutupkan” dalam ayat di atas adalah
“takwir”. Dalam kamus bahasa Arab, misalnya, kata ini digunakan untuk
menggambarkan pekerjaan membungkus atau menutup sesuatu di atas yang
lain secara melingkar, sebagaimana surban dipakaikan pada kepala.
Keterangan yang disebut dalam ayat
tersebut tentang siang dan malam yang saling menutup satu sama lain
berisi keterangan yang tepat mengenai bentuk bumi. Pernyataan ini hanya
benar jika bumi berbentuk bulat. Ini berarti bahwa dalam Al Qur’an, yang
telah diturunkan di abad ke-7, telah diisyaratkan tentang bentuk planet
bumi yang bulat.
Namun perlu diingat bahwa ilmu astronomi
kala itu memahami bumi secara berbeda. Di masa itu, bumi diyakini
berbentuk bidang datar, dan semua perhitungan serta penjelasan ilmiah
didasarkan pada keyakinan ini. Sebaliknya, ayat-ayat Al Qur’an berisi
informasi yang hanya mampu kita pahami dalam satu abad terakhir. Oleh
karena Al Qur’an adalah firman Allah, maka tidak mengherankan jika
kata-kata yang tepat digunakan dalam ayat-ayatnya ketika menjelaskan
jagat raya.
Garis Edar
Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan
di dalam Al Qur’an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit
atau garis edar tertentu.
“Dan Dialah yang telah menciptakan
malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu
beredar di dalam garis edarnya.” (QS. Al Anbiya:33)
Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu: “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yasin:38)
Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al
Qur’an ini telah ditemukan melalui pengamatan astronomis di zaman kita.
Menurut perhitungan para ahli astronomi, matahari bergerak dengan
kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang
Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti
matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari.
Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi
matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di
alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana.
Keseluruhan alam semesta yang dipenuhi oleh lintasan dan garis edar seperti ini, dinyatakan dalam Al Qur’an sebagai berikut: “Demi langit yang mempunyai jalan-jalan.” (QS. Az Zariyat:7)
Terdapat sekitar 200 milyar galaksi di
alam semesta yang masing-masing terdiri dari hampir 200 bintang.
Sebagian besar bintang-bintang ini mempunyai planet, dan sebagian besar
planet-planet ini mempunyai bulan. Semua benda langit tersebut bergerak
dalam garis peredaran yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama
jutaan tahun, masing-masing seolah “berenang” sepanjang garis edarnya
dalam keserasian dan keteraturan yang sempurna bersama dengan yang lain.
Selain itu, sejumlah komet juga bergerak bersama sepanjang garis edar
yang ditetapkan baginya. Semua benda langit termasuk planet, satelit
yang mengiringi planet, bintang, dan bahkan galaksi, memiliki orbit atau
garis edar mereka masing-masing. Semua orbit ini telah ditetapkan
berdasarkan perhitungan yang sangat teliti dengan cermat. Yang membangun
dan memelihara tatanan sempurna ini adalah Allah, Pencipta seluruh
sekalian alam.
Ilmuan Masuk Islam Karena Penemuan Ilmiah
1. OSEANOGRAFI
Mr Jacques Yves Costeau adalah seorang
ahli oseanografi dan ahli selam terkemuka dari Perancis yang lahir pada
11 Juni 1910. Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di
bawah laut, tiba-tiba Costeau menemui beberapa kumpulan mata air
tawar-segar yang sangat sedap rasanya karena tidak bercampur atau tidak
melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya. Sehingga seolah-olah
ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.
Fenomena ganjil itu mendorongnya untuk
mencari tahu penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di
tengah-tengah lautan. Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang
profesor muslim dan menceritakan fenomena ganjil itu kepadanya.
Profesor muslim tersebut lalu teringat
ayat Alquran yaitu di QS. Ar-Rahman ayat 19-20 tentang bertemunya dua
lautan yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez.
“Dia membiarkan dua lautan mengalir
yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak
dilampaui masing-masing.”(QS. Ar-Rahman: 19-20)
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut
mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin
lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang
menghalangi.“(QS. Al-Furqan: 53)
Mr Costeau terpesona mendengar ayat-ayat
Alquran itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang
pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Costeau pun berkata bahwa
Alquran memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang
seluruh kandungannya mutlak benar. Tidak lama setelahnya, Mr Costeau
memeluk Islam.
2. KEDOKTERAN
Prof Dr Maurice Bucaille adalah adalah
ahli bedah terkenal di Prancis dan pernah mengepalai klinik bedah di
Universitas Paris. Ia dilahirkan di Pont-L’Eveque, Prancis, pada 19 Juli
1920. Kisah di balik keputusannya masuk Islam diawali pada tahun 1975.
Pada saat itu, pemerintah Prancis
menawari bantuan kepada pemerintah Mesir untuk meneliti, mempelajari,
dan menganalisis mumi Firaun. Bucaille lah yang menjadi pemimpin ahli
bedah sekaligus penanggung jawab utama dalam penelitian. Ternyata, hasil
akhir yang ia peroleh sangat mengejutkan. Sisa-sisa garam yang melekat
pada tubuh sang mumi adalah bukti terbesar bahwa dia telah mati karena
tenggelam. Jasadnya segera dikeluarkan dari laut dan kemudian dibalsem
untuk segera dijadikan mumi agar awet. Namun penemuan yang dilakukan
Bucaille menyisakan pertanyaan: Bagaimana jasad tersebut bisa terjaga
dan lebih baik dari jasad-jasad yang lain (tengkorak bala tentara
Firaun), padahal telah dikeluarkan dari laut?
Bucaille lantas menyiapkan laporan akhir
tentang sesuatu yang diyakininya sebagai penemuan baru, yaitu tentang
penyelamatan mayat Firaun dari laut dan pengawetannya. Laporan akhirnya
ini dia terbitkan dengan judul ‘Mumi Firaun; Sebuah Penelitian Medis
Modern’, dengan judul aslinya, ‘Les Momies des Pharaons et la Midecine’.
Saat menyiapkan laporan akhir, salah
seorang rekannya membisikkan sesuatu di telinga Bucaille seraya berkata:
“Jangan tergesa-gesa karena sesungguhnya kaum Muslimin telah berbicara
tentang tenggelamnya mumi ini”.
Dia mulai berpikir dan bertanya-tanya.
Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? Bahkan, mumi tersebut baru
ditemukan sekitar tahun 1898 M, sementara Alquran telah ada ribuan tahun
sebelumnya.
Setelah perbaikan terhadap mayat Firaun
dan pemumiannya, Prancis mengembalikan mumi tersebut ke Mesir. Namun, ia
masih bertanya-tanya tentang kabar bahwa kaum Muslimin telah saling
menceritakan tentang penyelamatan mayat tersebut.
Dari sini kemudian terjadilah
perbincangan untuk pertama kalinya dengan peneliti dan ilmuwan Muslim.
Ia bertanya tentang kehidupan Nabi Musa, perbuatan yang dilakukan
Firaun, dan pengejarannya terhadap Musa hingga dia tenggelam dan
bagaimana jasad Firaun diselamatkan dari laut. Maka, berdirilah salah
satu di antara ilmuwan Muslim tersebut seraya membuka Alquran dan
membacakan untuk Bucaille firman Allah SWT yang artinya:
“Maka pada hari ini Kami selamatkan
badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang
sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari
tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS. Yunus: 92).
Ayat ini sangat menyentuh hati Bucaille.
Ia mengatakan bahwa ayat Alquran tersebut masuk akal dan mendorong sains
untuk maju. Hatinya bergetar, dan getaran itu membuatnya berdiri di
hadapan orang-orang yang hadir seraya menyeru dengan lantang: “Sungguh
aku masuk Islam dan aku beriman dengan Alquran ini”.
3. BIOLOGI
Sebuah majalah sains terkenal, Journal of
Plant Molecular Biologies, mengungkapkan hasil penelitian yang
dilakukan sebuah tim ilmuwan Amerika Serikat tentang suara halus yang
tidak bisa didengar oleh telinga biasa (ulstrasonik), yang keluar dari
tumbuhan. Suara tersebut berhasil disimpan dan direkam menggunakan alat
perekam canggih.
Dari alat perekam itu, getaran ultrasonik
kemudian diubah menjadi menjadi gelombang elektrik optik yang dapat
ditampilkan ke layar monitor. Dengan teknologi ini, getaran ultrasonik
tersebut dapat dibaca dan dipahami, karena suara yang terekam menjadi
terlihat pada layar monitor dalam bentuk rangkaian garis.
Para ilmuwan ini lalu membawa hasil
penemuan mereka ke hadapan tim peneliti Inggris di mana salah seorangnya
adalah peneliti muslim. Yang mengejutkan, getaran halus ultrasonik yang
tertransfer dari alat perekam menggambarkan garis-garis yang membentuk
lafadz Allah dalam layar. Para ilmuwan Inggris ini lantas terkagum-kagum
dengan apa yang mereka saksikan.
Peneliti muslim ini lalu mengatakan jika
temuan tersebut sesuai dengan keyakinan kaum muslimin sejak 1400 tahun
yang lalu. Para ilmuwan AS dan tim peneliti Inggris yang mendengar
ucapan itu lalu memintanya untuk menjelaskan lebih dalam maksud yang
dikatakannya.
Sang peneliti muslim kemudian membaca ayat dalam Alquran yang berbunyi:
“Bertasbih kepada-Nya langit yang
tujuh, dan bumi (juga), dan segala yang ada di dalamnya. Dan tidak ada
suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak
mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun, lagi
Maha Pengampun,” (QS Isra: 44).
Setelah menjelaskan tentang Islam dan
ayat tersebut, sang peneliti muslim itu memberikan hadiah berupa mushaf
Alquran dan terjemahanya kepada Profesor William, salah satu anggota tim
peneliti Inggris.
Selang beberapa hari setelah peristwa
itu, Profesor William berceramah di Universitas Carnegie Mellon. Ia
mengatakan: “Dalam hidupku, aku belum pernah menemukan fenomena semacam
ini selama 30 tahun menekuni pekerjaan ini, dan tidak ada seorang
ilmuwan pun dari mereka yang melakukan pengkajian yang sanggup
menafsirkan apa makna dari fenomena ini. Begitu pula tidak pernah
ditemukan kejadian alam yang bisa menafsirinya. Akan tetapi,
satu-satunya tafsir yang bisa kita temukan adalah dalam Alquran. Hal ini
tidak memberikan pilihan lain buatku selain mengucapkan Syahadatain,”
demikian ungkapan William.
4. NEUROLOGI
Dr Fidelma, ahli neurologi asal Amerika
Serikat mendapat hidayah saat melakukan kajian terhadap saraf otak
manusia. Ketika melakukan penelitian, ia menemukan beberapa urat saraf
di dalam otak manusia yang tidak dimasuki darah. Padahal setiap inci
otak manusia memerlukan suplai darah yang cukup agar dapat berfungsi
secara normal. Penasaran dengan penemuannya, ia mencoba mengkaji lebih
serius. Setelah memakan waktu lama, penelitiannya pun tidak sia-sia.
Akhirnya dia menemukan bahwa ternyata darah tidak akan memasuki urat
saraf di dalam otak manusia secara sempurna kecuali ketika seseorang
tersebut melakukan sujud dalam shalat. Artinya, kalau manusia tidak
menunaikan ibadah shalat, otak tidak dapat menerima darah yang
secukupnya untuk berfungsi secara normal. Rupanya memang urat saraf
dalam otak tersebut hanya memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu
saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian urat otak dengan mengikuti
waktu shalat. Dengan kata lain, sujud yang tumakninah dan kontinyu dapat
memacu kecerdasan. Karena posisi sujud akan mengalirkan darah yang kaya
oksigen secara maksimal dari jantung ke otak. Aliran ini berpengaruh
pada daya pikir seseorang.
Setelah penelitian mengejutkan tersebut,
Fidelma mencari tahu tentang Islam melalui buku-buku Islam dan diskusi
dengan rekan-rekan muslimnya. Setelah mempelajari dan mendiskusikannya,
ia malah merasa bahwa ajaran Islam sangat logis. Hatinya begitu tenang
ketika mengkaji dan menyelami agama ini.
nemu di sini
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan Anda serta kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas isi artikel ini, namun kawan komentarnya yang sopan ya...!!! he..he..