Anak lelaki saya, usianya 10 tahun, mudah sekali marah. Saat marah
dia meninju, menendang, dan memukul pintu, kakak, adik, atau mainannya.
Apakah ini wajar? Bagaimana mengatasinya?
NUR, TANGERANG
Sebaiknya kita pahami dulu penyebab agresivitas pada anak. Perilaku
agresif pada anak dipicu faktor genetik, kepribadian, dan pola asuh.
Adanya respons hormonal dan komposisi kromosom XYY (supermale) dapat memicu agresivitas pada seseorang. Faktor genetik ini diturunkan dari orangtuanya.
Sedangkan faktor kepribadian, adanya “id” yang berfungsi sebagai
pertahanan diri berlebih, serta mengalahkan sisi “ego” dan “superego”,
dapat memunculkan perilaku agresif. Nah, pola asuh yang kerap
membandingkan dengan anak lain, tidak konsisten, kurang perhatian juga
dapat memicu terjadinya agresivitas pada anak. Faktor-faktor ini
sebaiknya dikenali orangtua seraya mereka menyusun strategi mengubah
perilaku sang buah hati.
Pada anak usia 4 tahun, biasanya perilaku agresif ini muncul. Bahkan
terkadang mereka bersikap agresif kepada anak-anak lain yang usianya
satu atau dua tahun lebih tua, dan hal ini masih bisa dikatakan wajar.
Di usia 5 dan 6 tahun, anak masih memiliki pemahaman yang minim
mengenai penerimaan sosial dan moralitas. Ego mereka masih terlalu
tinggi dan belum memahami arti emosional serta bagaimana mengontrol
gejolak emosi. Mereka sering kali berperilaku agresif tanpa mereka
sadari. Butuh kesabaran yang ekstra, dan itu tidak bisa terjadi dalam
semalam.
Pada umur 10 tahun seharusnya seorang anak sudah bisa membedakan hal yang baik dan buruk, karena value
atau norma sosial serta nalar juga sudah terbentuk. Jika di usia ini
anak masih agresif/tantrum, kita boleh mengatakan hal itu tidak wajar
dan di luar kendali. Untuk itu, orangtua harus mengenali kenapa anak
menjadi agresif. Berikut kiat mengenali dan mengatasi agresivitas pada
buah hati.
- Cari tahu penyebabnya, apakah kemarahan tersebut muncul sendiri tanpa ada sebab, misalnya membela teman yang diperlakukan kurang adil oleh teman lain, mereka tidak ingin dan tidak suka diusik, mungkin juga saking bersemangat dan lepas kendali karena kurangnya kontrol perilaku. Jika agresivitas muncul sendiri tanpa penyebab, sebaiknya segera konsultasikan kepada ahlinya.
- Jangan beri label "anak bandel" atau "anak nakal".
- Jauhkan anak dari visualisasi kekerasan yang bisa ia tiru, misalnya tayangan televisi, permainan atau games, atau pertengkaran Anda dan pasangan. Jika tanpa sengaja atau anak telanjur pernah menyaksikan adegan kekerasan, ajak ia bicara untuk meluruskan pemahamannya mengenai kekerasan.
- Beri contoh dan coba koreksi perilaku Anda dengan pasangan, upayakan jangan pernah bertengkar di depan anak, baik dengan pasangan maupun orang lain.
- Hindari hukuman fisik karena dapat menyebabkan anak meniru “hukuman” fisik tersebut kepada teman-temannya.
- Beri penghargaan saat anak berlaku baik. Ia akan senang dan merasa dihargai jika perilaku mereka yang baik dan tidak agresif akan diganjar penghargaan.
- Bersikap tenang, minta anak untuk masuk ke kamar dan menenangkan diri saat marah. Memeluk adalah cara untuk mengendalikan emosinya dan jauhkan atau ambil alat-alat yang dapat menjadi sasaran ia meluapkan amarahnya.
- Beri lingkungan yang nyaman. Bisa saja rumah atau sekolah menjadi lingkungan yang mempengaruhi agresivitas anak.
- Segera berkonsultasi ke ahli bila Anda menganggap atau melihat perilaku anak sangat mengganggu, sehingga dapat dicari solusi terbaik.
sumber
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan Anda serta kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas isi artikel ini, namun kawan komentarnya yang sopan ya...!!! he..he..