lustrasi @pengetahuansmanic97 |
Namanya Sulaiman bin Abi Khatsmah.
Seorang pemuda shaleh di zaman pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab.
Diantara kelebihannya adalah rajin beribadah sunnah, utamanya shalat
malam. Sulaiman menetap di rumah ibunya yang terletak antara masjid
Nabawi dan pasar.
Sebagaimana umumnya manusia biasa,
keadaan imannya tak bisa dielakkan dari kondisi pasang surut. Kadang
naik, kadang juga turun. Ia juga kurang memperhatikan prioritas amal.
Tentang mana yang didahulukan; wajib, sunnah, mubah dan seterusnya.
Karena hal itu, Umar bin Khaththab merasa
heran dengan pemuda ini. Hingga pada suatu hari, Umar tidak menemukan
Sulaiman bin Abi Khatsmah dalam barisan jamaah shalat Subuh di Masjid
Nabawi.
Pagi harinya, Umar beranjak menuju pasar.
Dalam perjalanan menuju pasar itu, Khalifah kedua kaum muslimin ini
lewat di depan rumah Ummu asy-Syifa, ibunya Sulaiman.
Melihat Ummu asy-Syifa, Umar berhenti.
Beliau bertanya, “Aku tidak melihat Sulaiman tadi pagi di Masjid Nabawi
saat shalat Subuh berjamaah. Ke manakah dia?”
Ibu Sulaiman menjawab, “Semalam dia
shalat malam,” lanjutnya, “kemudian ketiduran.” Sehingga, pungkas sang
ibu, “Dia pun tidak menghadiri shalat subuh berjamaah di masjid.”
Mendengar penuturan jujur Ummu asy-Syifa,
muka Umar memerah. Ia berkata tegas, “Sungguh,” katanya, “menghadiri
shalat Subuh berjamaah di masjid awal waktu,” lanjut sang Umar, “lebih
aku cintai daripada shalat sunnah semalam suntuk.”
Rasulullah Saw semasa hidupnya pernah
bersabda, “Siapa yang shalat Subuh berjamaah, baginya pahala shalat
sunnah semalam suntuk. Siapa yang mengerjakan shalat Isya berjamaah,
maka ia seperti mendirikan shalat sunnah setengah malam.”
Maka kemarahan Umar dalam hal ini adalah
beralasan. Beliau hendak menegaskan bahwa ada yang harus diprioritaskan.
Ada amalan yang kudu didahulukan, ditangguhkan ataupun diakhirkan.
Tentu, konsep besarnya tetap sama:
berbuat baik jangan ditunda-tunda. Kita juga diperintahkan untuk
bersegera dalam menjalankan amal shaleh. Baik karena ajal yang bisa
datang seketika, atau alasan lain karena yang lebih dulu melakukan amal
memiliki peluang untuk diteladani sehingga pahalanya akan terus
bertambah seiring banyaknya orang yang mengikuti.
Semoga Allah Ta’ala menganugerahkan
kepada kita kekuatan untuk bersegera dalam menjalankan amal shaleh.
Semoga Allah Ta’ala menguatkan kita untuk selalu mengingat-Nya dalam
setiap kondisi. Aamiin. [Pirman]
klik
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan Anda serta kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas isi artikel ini, namun kawan komentarnya yang sopan ya...!!! he..he..