print this page Klik Print

Teks Pidato saat Rasulullah Meminang Khadijah

ilustrasi @haveliweddingsandevents.
Khadijah binti Khuwailid adalah wanita terhormat, cantik, kaya dan shalihah. Selepas ditinggal mati suaminya, banyak lelaki Quraisy dari kalangan yang terhormat datang untuk meminangnya. Namun, lantaran mengetahui bahwa mereka hanya ingin menguasai hartanya, Khadijah menolak semua lamaran lelaki Quraisy itu.

Apalagi setelah ia bermimpi melihat matahari masuk ke dalam rumahnya, tepat di atas kepalanya. Sinar matahari itu menerangi seluruh sudut rumah. Oleh sepupunya yang ahli kitab, Waraqah bin Naufal, mimpi tersebut dimaknai akan adanya cahaya kenabian yang masuk ke dalam rumahnya.

Tafsir mimpi dari sepupunya itu selalu diingat dan diharapkan menjadi kenyataan. Hingga pada suatu ketika, saat Khadijah merekrut Muhammad muda sebagai salah satu kafilah dagangnya, ia seperti mendapat petunjuk bahwa pemuda itu adalah sosok yang akan menjadi Nabi terakhir sebagaimana disebutkan oleh Waraqah dalam menafsirkan mimpinya.

Khadijah pun menceritakan kekagumannya kepada salah satu sahabatnya, Nafisah bin Munabbih. Ia berkisah panjang lebar hinga terbacalah bahwa dirinya jatuh cinta kepada Muhammad yang kala itu berusia dua puluh lima tahun.

Selepas mendengar curahan hati sahabatnya, Nafisah pun mendatangi Muhammad dan bertanya, “Apa yang menghalangimu untuk menikah?” Muhammad pun menjelaskan bahwa dirinya belum memiliki harta untuk dijadikan mahar. Nafisah melanjutkan, “Bagaimana jika masalah harta tidak dianggap menjadi masalah dan ada yang menawarkan kepadamu kekayaan, kecantikan, kemuliaan dan kesetaraan? Apakah kamu mau menikahinya?”

Dengan penuh keheranan, anak Abdullah ini bertanya, “Siapakah orang tersebut?” Nafisah menjawab bahwa dia adalah Khadijah binti Khuwailid yang pernah menjadi manajer bisnisnya. Dengan mantap, Muhammad muda mengatakan, “Jika dia benar-benar menawarkan hal itu kepadaku, tentu aku menerimanya.”

Mendengar jawaban Muhammad, wajah nafisah sumringah. Ia pun bergegas menemui Khadijah guna menyampaikan kabar gembira itu.

Sementara Muhammad menemui paman-pamannya untuk menyampaikan maksudnya itu. Singkat cerita, Abu Thalib, Hamzah dan paman-pamannya yang lain menemui paman Khadijah yang bernama ‘Amr bin Asad untuk menyampaikan lamaran.

Dari sinilah pernikahan teragung yang mempertemukan dua orang terbaik dalam sejarah umat manusia dimulai.
ilustrasi @wikislampedia

Dalam lamaran penuh berkah itu, Abu Thalib menyampaikan pidatonya sebagaimana diriwayatkan oleh Abul Abbas al-Mubarrid sebagaimana dikutip oleh Mahmud al-Mishri dalam “Sirah Shahabiyah Jilid I”
“Segala puji bagi Allah Ta’ala yang telah menjadikan kita sebagai keturunan Ibrahim, keturunan Ismail, berasal dari Ma’ad dan unsur keturunan dari Mudhar. Kita telah dijadikan sebagai pemelihara rumah-Nya (Ka’bah) dan pengatur tanah suci-Nya. Dia telah memberi kita rumah (Ka’bah) yang terjaga, tanah suci yang aman sejahtera dan kita menjadi pemimpin manusia.
Saya harus menyampaikan, sesungguhnya keponakanku ini (Muhamad bin Abdullah), jika dibandingkan dengan lelaki mana pun, maka dia akan lebih unggul darinya. Baik dalam kebaikan, keutamaan, kemuliaan, kematangan berpikir, keagungan dan kehebatan.
Meskipun jika dilihat dari segi harta dan kekayaan, maka dia tidaklah berarti apa-apa. Akan tetapi, harta hanyalah bayangan yang akan sirna, benda yang akan hilang dan pinjaman yang akan dikembalikan kepada pemilik sebenarnya.
Muhmmad adalah seorang lelaki yang telah kalian ketahui latar belakang keluarganya. Ia bermaksud hendak meminang Khadijah binti Khuwailid.
Untuk itu, ia memberikan mahar sebesar 20 ekor unta yang dipinjam dari hartaku dan akan dikembalikan sebatas kemampuannya, cepat ataupun lambat.
Demi Allah, dia (Muhammad bin Abdullah) akan mmeiliki peran yang sangat besar dan kedudukan yang agung di masa yang akan datang, maka terimalah pinangannya untuk menikah dengan Khadijah.”
Mahasuci Allah yang telah menyatukan dua insan amat mulia dalam sejarah umat manusia ini. Inilah naskah pidato yang singkat, padat dan menyeluruh. Di dalamnya ada taaruf singkat dari sosok yang melamar kepada keluarga yang dilamar. Di dalamnya tercermin sebuah kewibawaan yang dibalut rapi dengan kejujuran.

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa mahar yang diberikan oleh Rasulullah Saw kepada Khadijah adalah 12,5 uqiyah emas.
Kemudian selepas lamaran itu, menikahlah dua insan dalam naungan cinta Ilahi. Sejarah kehidupan keduanya akan senantiasa harum dan menghiasi langit zaman. Namanya akan terus memesona dan tak bosan untuk terus dibincang dan diambil ibrahnya.

Syaikh Mahmud al-Mishri menutup uraian tentang proses lamaran ini dengan megatakan, “Khadijah menunjukkan dirinya sebagai seorang istri yang sangat mencintai suaminya sekaligus sebagai ibu yang sangat penyayang, lembut dan baik terhadap anak-anaknya,” pungkasnya, “semoga Allah Ta’ala meridhainya.” [Pirman] sumber

Cat. Admin : Artikel ini telah kami gabung dari dua tulisan....


0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan Anda serta kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas isi artikel ini, namun kawan komentarnya yang sopan ya...!!! he..he..

◄ Newer Post Older Post ►

Para Sahabat

Nasehat Sang Murabbi

Nasehat Sang Murabbi

Sekilas

Sekilas
Bukanlah seorang penulis apalagi seorang plagiator, tapi coba berbagi atas apa yang di dengar, di lihat dan di baca....

Nasyid

Jangan lupa di LIKE ya,,,

×
 

Copyright 2011 Blog Kita79 is proudly powered by blogger.com | Design by BLog BamZ