Sejarah umat manusia selalu diwarnai dengan dinamika kepahlawanan.
Tiada suatu negara pun yang tidak memiliki pahlawan. Allah yang telah
menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna menghendaki
agar mereka menjadi khalifah di bumi ini. Untuk itu, dilahirkan-Nyalah
pahlawan-pahlawan pada setiap zaman bagi setiap kaum.
Ramadan banyak sekali mempengaruhi perubahan seorang mukmin, mereka
yang benar benar bersahabat dengan ramadan dan menjadikan ramadan
sebagai bulan perubahan.
Sang pahlawan pun tidak banyak pertimbangan dalam menyambut bulan
suci ini karena fadhilah atau keutamaan di dalamnya sangat lah luar
biasa. Mereka tahu cara dan bagaimana menghadapi bulan ini, mereka juga
tahu apa yang dikatakan Al Qur’an dan hadits tentang bulan ini. Jangan
pernah satu detikpun lewat dan terbuang begitu saja.
Hidangan lezat ruhiyah ramadan untuk diri dan keluarga tidak pernah
sekalipun di sia siakan oleh para pahlawan untuk selalu berbuat.
Para pahlawan ramadan mempunyai sifat yang unik, karena selain mereka
di berikan perubahan oleh ramadan, merekapun mampu memberikan perubahan
untuk keluarga, orang disekelilingnya dan masyarakat. Dari kebaikan
sekecil butiran pasirpun mereka raih.
Sikap para pahlawan terdahulupun sudah tertulis dalam tinta emas oleh
kalangan sejarawan, padahal mereka tidak berharap dan menghendaki bahwa
mereka ingin di catat namanya, akan tetapi begitulah sikap sejarah
terhadap pahlawan. Ruh, harta, tahta dan jasad mereka pun diberikan
untuk Allah dalam bulan yang suci ini. Sehingga peristiwa-peristiwa
besar seperti perang dalam bulan ramadan menjadi saksi betapa para
pahlawan siap bertarung dalam kegiatan kegiatan kebaikan besar. Yaitu
mempertahankan aqidah dan negara mereka.
Sebut saja perang badar yang terjadi di tahun kedua Hijriyah.
Sebanyak 313 orang berhadapan dengan 1000 orang Quraisy makah. Kaum
muslimin dengan jumlah yang sedikit berhasil mengalahkan lawannya.
Begitu juga perang tabuk, fathu makkah, andalusia yang ditaklukan oleh
12.000 pasukan Thariq bin Ziyad dengan meluluh lantakan 25.000 pasukan
yang dipimpin oleh Roderick penguasa Visigoth Spanyol, yang berakhir
dengan tewasnya Roderick.
Selain itu pasukan utsmani juga berhasil menggagalkan pengepungan
kota selestriya yang terletak di wilayah Qorum yang dilakukan oleh 60
ribu pasukan Rusia, pengepungan yang terjadi selama 35 hari itupun tidak
membawa dampak apapun walau hanya di hadapi oleh 15 ribu tentara
Utsmaniyah yang kebanyakan berasal dari Mesir. Begitu juga hancurnya
kekuatan Israel oleh mesir di Suez terjadi para Ramadan yang bertepatan
dengan 6 Oktober 1973 dengan hancurnya benteng Berlif dan kembalinya
dataran Sinai ke pangkuan Mesir.
Peristiwa peristiwa kebangkitan besar itu tak luput dari kejadian
kejadian yang dilakukan dari peristiwa peristiwa kebaikan kecil oleh
para pahlawan di sekitar mereka. Atau bagi para penulis yang menjadi
pahlawan seperti Imam Ghazali dalam menyelesaikan Kitab Ihya Ulumuddin
di bulan Ramadan. Atau mereka yang membagikan iftor di jalan jalan dan
menjemput hak hak faqir miskin untuk sama berbagi kepedulian terhadap
sesama. Mereka semua pahlawan yang memulai kebaikan dari yang terkecil.
Mereka hebat ketika menjadi prajurit dan hebat pula ketika menjadi
Pemimpin, Dalam jiwa Pemimpin dan yang dipimpin tertanam tekad yang
bulat untuk berjuang. Mereka optimis akan kekuatannya yang tak
terkalahkan, dan yakin bahwa pasukannya tak akan menemui kesulitan.
Optimis, bahwa setiap langkah akan diikuti oleh kemenangan. Mereka terus
maju dan maju hingga Mencapai kesuksesan.
Pengorbanan seorang pahlawan begitu besar, Mungkin kita masih ingat
kisah Umar bin Abdul Aziz r.a kehidupannya patut diteladani oleh para
pahlawan jaman ini. Begitu menjadi khalifah, Umar bin Abdul Aziz
langsung memanggil pembantu dan meminta orang-orang yang ada di rumah
supaya mengeluarkan peti-peti simpanan keluarga dan membongkar isinya.
Mereka mengeluarkan isinya yang antara lain terdapat banyak catatan
harta. Ketika pembantunya itu disuruh membacakan, ternyata
catatan-catatan itu adalah milik bani Abdul Aziz seluruhnya.
Satu persatu catatan itu dibacakan, dan tiap kali mendengar satu
catatan, beliau mengatakan, “Ya itu kepunyaanku dari ayahku,” lalu di
robeknya dan harta yang tercatat di situ diserahkan ke baitul mal. Yang
lain dibacakan, beliau katakan, “ ya, ini kepunyaanku dari ibuku,”
beliau robek lalu hartanya diserahkan ke baitul mal seraya berdoa, “
semoga ibuku mendapat rahmat Allah.” Dibacakan pula catatan yang
lainnya, kata beliau, “Ya, ini kepunyaanku hasil dagang dan ushaku,”
lalu dirobeknya catatan itu dah harta yang tercatat diserahkan ke baitul
mal, seraya mengatkan, “kiranya Tuhan merahmati aku…”
Begitulah sikap para pahlawan terhadap hartanya dalam bersedekah,
maka jangan sia siakan Ramadan kali ini untuk berjiwa Pahlawan.
(Syafrudin Umar, Lc)
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan Anda serta kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas isi artikel ini, namun kawan komentarnya yang sopan ya...!!! he..he..